Jumat, 29 Maret 2013

KISAH CINTAKU (Ahirnya kutemukan cinta sejati)

      Hari itu tak seperti biasanya, ketika hari sabtu biasanya kantor kebanyakan sepi karena memang hari libur, maka pada salah satu kantor terdengar suara riuh para penonton dan supporter yang hadir untuk menyaksikan pertandingan sepak takraw.., “ayoo”, “hajar”, “kasih picah” riuh ramai sorak penonton yang memang khas dengan logat sulawesinya. Kegaduhan pada pagi itu memenuhi setiap sudut ruangan yang dinamakan Aula pada kantor tersebut. Semua penonton riuh ramai dan penuh semangat (bahkan lebih bersemangat daripada pemain yang sedang berada di gelanggang). Namun semangat dan kesenangan itu tidak dialami oleh seorang pemuda yang saat itu sedang kelihatan lesu, lemas dan kurang bersemangat karena memang perasaanya yang sedang gundah ditambah lagi dengan kondisi badanya yang kurang fit (karena pada hari sebelumnya dia harus menyelesaikan tugas dari kantornya, “boetzoeking” atau bisa disebut dengan memeriksa kapal asing yang masuk daerah Indonesia dan pemuda itupun baru pulang pada pagi harinya.

      seorang pemuda yang usianya masih belia, sedang mencari seseorang yang bisa menguatkan hatinya ditengah kegundahan yang melandanya. Sebut saja namanya Iyan, seorang pemuda yang (sebenarnya) telah menemukan titik terang dalam hidupnya, namun harus kehilangan cahaya itu karena alasan yang sampai sekarang masih belum bisa dia ketahui dan masih belum bisa dia terima.

      Saat itu hari sabtu siang, ketika para pegawai di Kementerian Keuangan baru saja pulang dari Kantor Pajak di suatu kota X karena pada hari tersebut ada acara perlombaan yang digelar untuk memperingati hari keuangan, Iyan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi lantaran saat itu perasaanya sedang kacau. Sebenarnya saat itu pacarnya juga ikut menjadi supporter pada pertandingan yang digelar pada hari itu, namun entah karena apa, semenjak 2 minggu terahir ini pacarnya kelihatan nyuekin dia dan seolah menganggap si pemuda itu tak ada. Terlebih lagi pada saat pertandingan berlangsung, sang cewek (sebut saja Natalie) sama sekali tidak mau mendekati Iyan walaupun untuk (sekedar)  menanyakan kabar, basa-basi atau apalah dan memilih bercanda dan (seolah terlihat) bermesraan dengan orang lain. Sontak saja perasaan Iyan saat itu sedih banget, (bayangin aja, 2 minggu di cuekin, sampai pamitan mau pergi Dinas Luar aja pacarnya gak mau nengok, dan parahnya, kalau dengan orang lain kayaknya dia enjoy banget ngobrolnya).
Sesampainya Iyan di rumah mungilnya, Iyan langsung menuju kamarnya yang berhias gambar, poster dan foto-fotonya bersama pacarnya. sebenernya dia masih jengkel dengan sikap pacarnya, tapi perasaanya gak bisa dibohongi kalau dia agak khawatir dengan keadaan pacarnya, kemudian dia mengirimkan pesan singkat pada pacarnya. “sayang udah nyampek rumah belum..??” setelah sekian lama dan menit demi menitpun berlalau, Natalie tak jua membalas pesanya. Kemudian Iyan pun menelfon untuk memastikan keadaanya.
Iyan: “haloo Assalamualaikum..”
Natalie: “ walaikumsalam..”
“udah nyampek rumah?”
            “belum, singgah dulu dirumah teman”

“owh, SMS q gak terkirim kah..??
            “terkirim kok” (jawab dengan nada enteng)
“kok gak di bales..??
            “ngapain di bales..??”
Setelah melewati percakapan yang panjang ahirnya Natalie memutuskan hubungannya dengan Iyan. Sontak saja saat itu perasaan Iyan hancur, ia merasa seperti tersambar petir di tengah teriknya siang. Seseorang yang telah di ajaknya berkomitmen untuk membangun rumah tangga 3-4 tahun kedepan, tega memutuskan hubungan itu dengan entengnya. Sebenernya saat itu Iyan ingin marah karena merasa kalau selama ini dia dipermainkan, tapi dia coba untuk menekan amarahnya dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini dengan cara yang baik. Tapi Natalie sama sekali tidak menggubris perkataan Iyan, bahkan ketika Iyan bertanya “kamu masih sayang gak sama aku..??” maka dengan nada yang ringan dan seolah tanpa dosa Natalie hanya menjawab singkat “gak!”. Betapa hancurnya hati Iyan saat itu, dan ketika Iyan menanyakan apa alasan Natalie memutuskan hubungan denganya, Natalie hanya menjawab “kamu sering marah-marah n’ gak dewasa”. Wajar gak sich orang yang selama 2 minggu dicuekin ngerasa jengkel.?? Sebenernya saat itu Iyan tidak marah, Cuma dia merasa jengkel karena sikap dari Natalie selama 2 minggu terahir ini.
“Lalu, kenapa selama ini kamu cuekin aku..?? bilang donk kalau q ada salah..”
            “Kenapa selama ini kamu gak pernah Tanya..??”
“Bukanya selama ini q minta sama kamu kalau q da salah kamu ngomong sama aku..??”
            “Aku males aja ngomongnya..”
Sumpah, pada saat itulah hatinya hancur berkeping-keping.., dalam hatinya terbesit Tanya “siapa sebenarnya yang gak dewasa..?? kamu atau aku..??”
“Oke, sekarang aku Tanya sama kamu, kenapa selama ini kamu diemin aku..??”
            “karena aku sakit hati sama kamu”
“sakit hati kenapa..??”
            “Karena omongan kamu”
“Omongan yang mana..??”
            “Omongan yang didepan BRI waktu kamu abis ngambil ATM, kamu inget..??”
“Astaghfirullah, itu aku Cuma bercanda..”
             “Iya bercanda, tapi kamu gak mikirin perasaan aku, jadi selama ini kamu cuma pacaran sama aku, bukan sama keluarga ku? Jadi selama ini kamu samain
              aku sama mantan kamu..??”
“Ya bukanya  gitu, mantanku tu keluarganya matre, kalau keluarga kamu kan enggak. Ya aku cerita sama kamu karena itu pengalaman ku, emang cowok mana sich yang mau dimanfaatin terus..??”
            Maka dengan entengnya Natalie menjawab “Tau mi saya”
Untuk kesekian kalinya Iyan merasa sangat dilecehkan karena kata-kata yang menyakitkan itu. Dalam otaknya dia berfikir, memang selama ini siapa yang gak mikirin perasaan orang lain, ketika aku bicara serius terus kamu tinggal pergi gitu aja, ketika aku ngomong dan sama sekali enggak kamu anggep, ketika aku ngomong sesuatu terus kamu lecehkan apa kamu pikir semua itu gak bikin aku sakit hati?, namun kata-kata itu tidak keluar dari mulut Iyan karena Iyan memang masih ingin menjaga hubunganya, tapi apalah daya Natalie tetap memutuskan hubungan yang sudah lama terjalin itu.
            Dengan hati yang pasrah dan perasaan yang hancur, maka dengan terpaksa Iyan pun menerima keputusan itu, namun dalam hatinya masih bertanya-tanya, apakah semudah ini hubungan yang selama kita jalin ini putus..?? semudah itukah dia menganggap semua ini selesai?? Lalu mana janji-janji manis yang selama ini kita ucapkan..?? mana semua kata-kata manis yang selalu kita bisikkan..?? ya sudahlah, mungkin saat ini kita masih terbawa ego dan mungkin besok kita bisa jadi lebih tenang..,
            Hari demi haripun berlalu, hari-hari Iyan pun penuh dengan rasa sakit dan kepedihan. Air mata selalu menjadi penghias dalam melewati hari-harinya. Hanya Al-qur’an yang ia baca setelah shalat fardhu dan shalat sunah lah yang mampu menenangkanya. Namun beberapa saat kemudian, rasa sakit itupun kembali menyerang, terlebih lagi ketika melihat Natalie (yang memang bekerja satu kantor denganya) sedang duduk-duduk santai bercengkerama dengan pria lain. Hampir setiap malam Iyan selalu memimpikan kenangan-kenangan indah mereka dulu, pada malam kedua setelah dia putus, Iyan bermimpi kalau mereka balikan lagi, tapi ternyata itu hanya mimpi, dan ketika bangun tidur air matapun tak kuasa lagi ia bendung dan menetes di pipinya. Malam-malam selanjutnya pun dia masih juga memimpikan Natalie dalam tidurnya. Namun ketika bangun, lagi-lagi air matanya lah yang menemaninya di pagi itu. Bahkan pada suatu malam ketika Iyan bermalam di rumah salah satu seniornya, Iyan pun pernah bermimpi bahwa dia melamar Natalie, dalam mimpinya dia melihat orang-orang telah ramai di rumahnya, lengkap dengan semua syarat-syarat yang telah di penuhi, Ayah, Ibu dan keluarganyapun telah siap pergi ke rumah Natalie, dan Iyan pun dapat melihat ibu Natalie yang menyambut mereka. Namun ketika bangun, semua kembali hampa, tetesan demi tetesan air matapun kembali bercucuran menghiasi pipinya yang berwarna sawo matang, jatuh di sudut pipinya dan membasahi bantal yang menjadi alas kepalanya.

            Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya air mata Iyan mengalir ketika ia menaiki si Lylo, motor kesayanganya. Setiap inci jalanan seakan menjadi saksi bisu akan kesedihan hati dan kegundahanya . Sebenarnya dia malu harus menangis sepanjang jalan pulang kerumahnya, namun apa daya, dia juga tak sanggup menahan air mata nya yang jatuh di sudut pipinya. Sesampaianya di rumah dia hanya terdiam dikamarnya, sama sekali tidak ada niat untuk pergi ngantor, ahirnya ia mneghubungi ayah angkatnya, Pak Syahrun. Ketika di telpon ternyata tidak ada jawaban dari Pak Syahrun. Ahirnya kegalauanya pun semakin menjadi-jadi. Ahirnya ia pergi mandi untuk menyegarkan badanya yang memang sudah terlalu penat di tambah lagi dengan air matanya yang telah mengering di pipinya. Setelah selesai mandi, ahirnya Iyan melihan ada pesan singkat di HP nya. Dengan cepat ia membukanya, ternyata SMS dari Pak Syahrun. Dengan cepat ia menghubungi Pak Syahrun dan seketika itu juga tangisnya pecah dan semakin menjadi-jadi. Memang pak Syahrun ini sudah di anggap sebagai ayah sendiri oleh Iyan sehingga dia tidak canggung lagi untuk menagis. Pernah ketika di kantor kemaren Iyan menangis di pelukan Pak Syahrun saat di tanya perihal hubunganya dengan Natalie. Iyan pun hanya bisa menangis terisak sambil memeluk Pak Syahrun, dan Pak Syahrun pun juga meneteskan air mata, tak tega melihat kondisi anaknya yang sedang sedih dan gundah.

                                                                                                           ------=======-----

“Dx, paket nya udah sampai nich, thanks ya”
            “kok cepet banget kak? Kan katanya 3 hari”
“Ya aku gx tw, aku tadi baru pulang dari luar kota, pas nyampek kantor paketnya udah ada di mejaku”
            “wah, kok bisa cepet gitu ya kak..??” Ima masih tidak percaya bahwa paket yang dia kirimkan sudah sampai di tempat Iyan.
“Yach, yang penting kan udah nyampek. Terus gimana nich cara minumnya…?” Iyan masih bingung karena pada kotak dan botol obat yang dipesannya memang tidak ada aturan pakainya sama sekali.
            “Kak, Ima boleh minta nomor kakak enggak..?? biar nanti Ima jelasin aturan pakainya lewat telpon, soalnya penjelasanya agak panjang kak”
“Oke, ni nomor telpon ku dx, 085394213326”
“Oke kak, Ima simpen ya nomornya, o iya, kakak kapan ada waktu? Biar nanti Ima yang telpon kakak”
“Kalau mau telponya ntar malem aja gimana dx? Soalnya sekarang q masih di kantor, lagian aku masih capek baru pulang dari luar kota”
            “Oke kak…”
Dengan begitu berahirlah percakapan Iyan dengan Ima lewat BBM. Memang, 3 hari sebelumnya Iyan memang memesan salah satu produk yang dipromosikan oleh Ima, adik kelas nya sewaktu di Madrasah Aliyah dulu.
            Pada malam harinya, ketika Iyan melihat HP nya, ada beberapa missed call dari Ima. Rupanya Iyan lupa kalau malam itu dia mau di telpon oleh Ima (mungkin karena Iyan masih sedih dan masih merasa terpukul dengan keputusan pacarnya). Kemudian Iyan mengirim BBM singkat ke Ima, “dex, sorry ya, q tadi gak denger”. Beberapa detik kemudian HP nya langsung bordering. Benar saja, memang Ima yang menelpon. Malam itu Ima menjelaskan panjang lebar (dan memang agak rumit) tentang cara pakai produk kesehatan itu. Ahirnya setelah hampir 1 jam Iyan mendengar penjelasan dari Ima, ahirnya dia faham juga.
“terus ada efek samping nya gak dx..??”
            “gak ada kok kak, Insya Allah 100% herbal”
“Yakin gak ada..??”
            “Iya kak.Insya Allah” jawab Ima dengan nuansa khas islaminya.
“O iya, satu lagi, gimana kalau aku minumnya kelebihan dosisnya? Overdosis gak ya..??”
“Insya Allah enggak kok kak, Ima agak lupa istilahnya ilmiahnya apa, tapi kata dokter, kalsium sama zink nya itu gak melebihi ambang batas yang bisa membuat overdosis. Jadi meskipun kakak niat bunuh diri dengan minum 60 kapsul zink nya, kakak tu juga gak bakalan mati, hehehe..”

“Sadis amat kata-katamu dx, tapi okelah, terima kasih atas penjelasanya dx..”
            “Sama-sama kak Iyan, masih ada yang mau ditanyakan..??”
“aku rasa semuanya udah cukup jelas kok dx, Thanks ya..”
“Sama-sama kakak, oke kalau emang gak ada yang mau di tanyakan kak, Assalamualaikum”
“Walaikumsalam..”
            “Semangat ya kak..”
“Sippppp..”

Tuuut..tuutt…tutt..,
ahirnya Ima pun menutup telponya.
            Seperti malam-malam sebelumnya, malam itupun Iyan masih tetap galau dan gak bisa tidur. Iyan melihat HP yang ada di tas kecilnya dengan tujuan melihat jam. Huft, jam setengah satu, bisiknya dalam hati. Tapi tetap saja matanya tidak bisa dipejamkan dan masih teringat akan Natalie. Iyan tetap gelisah di tempat tidurnya dan hanya merubah posisi miring ke kanan dan ke kiri. Saat itu dia hanya ingin ada orang yang bisa membantunya, bisa mengerti keadaanya, bisa tau apa yang dia rasakan dan bisa diajak berbagi, tapi siapa..?? tapi siapa yang sudi untuk diajak berbagi kesedihan..?? dia hanya berfikir, pacarnya yang selama ini bilang sayang ke dia pun enggak mau tau keadaanya, apalagi orang lain..?? ahirnya Iyan mengambil BB nya dan iseng ngirim BBM ke Ima untuk sekedar menghibur diri,
“Assalamualaikum, sorry dx ganggu, ada obat anti galau gak ya dx..??”
            Tidak beberapa lama kemudian BB nya mengeluarkan nada khas yang menandakan bahwa ada pesan masuk.
            “Wah, kak Iyan lagi galau ya..?? Obat anti galau ada kok kak, sebelumnya Ima tanya dulu, kak Iyan galau karena apa..??”
“Biasa lah dx, anak muda”
“Iya anak muda, tapi apa kak, Ima enggak terlalu tau problema anak muda zaman sekarang”
“ya apa lagi dx, yang pasti ya masalah pacar”
“owalah kak, maaf ya, Ima gak tau, Ima kirain apa, hehehe,, kenapa mesti galau sich kak..??”
“Ya galau aja dx, abis di putusin..”
“Tenang aja kak, Ima pernah denger hadits yang intinya gini, kalau kita sayang sama Allah, maka Allah berjanji akan membuat seluruh malaikat, seluruh manusia dan seisi alam menyayangi kita.”
“itu hadits ya dx..??”
“Iya  kak, Ima dulu pernah denger hadist yang intinya kayak gitu..”
“bener juga ya, selama ini kayaknya aku masih jauh dari Allah dx, bahkan jarang banget aku curhat dengan-Nya.”
“Ya makanya itu kak, kak Iyan Cuma cukup sayang sama Allah aja kok, itu semua udah janji Allah lho kak, Janji Allah gak akan pernah diingkari, gak kayak janji-janji nya manusia”
“Bener juga ya dx, gak seperti janji orang yang udah bikin aku sakit hati. O iya, tadi adx Ima bilang kalau gak tau galaunya anak muda, emang adx Ima gak pernah pacaran ya..??”
            “Pernah kok kak, Ima udah dua kali pacaran dan udah putus,”
“Kalau boleh tau putusnya karena apa dx..??”
“Ima di dua-in kak, emang abis tau itu rasanya sakit banget, tapi Ima mencoba ikhlas kak, Ima yakin, pasti Allah punya rencana yang terbaik buat Ima, Kalau kak Iyan sendiri kenapa bisa putus..??”
“katanya sich karena aku sering marah-marah dx, tapi jujur dx, seingat ku aku gak pernah marah-marah ke dia, ya kalau jengkel emang iya, ya bayangin aja dx, 2 minggu q di diemin, gak di anggep sama sekali, sumpah, sakit banget dx..”

            “Sabar ya kak, Ima yakin kok, Allah pasti akan gantiin dengan yang lebih baik..”
“Amin.., makasih ya dx.., o iya, adx sekarang udah punya pacar lagi belom..??
            “Ima udah gak mau pacaran lagi kok kak..”
“Kenapa dx..??”
            “Ya Ima Cuma ingin menjaga diri aja, Ima Cuma ingin menjaga kesucian Ima, dan menjaga biar derajat Ima sebagai perempuan gak di lecehin karena sering gonta-ganti cowok atau jalan sama cowok yang beda-beda, lagian apa sich kak gunanya pacaran..??”
Sejenak Iyan terdiam, kata-kata Ima merasuk ke dalam hatinya. Iyan merasa malu, ya malu. Dia malu karena selama ini saat pacaran Iyan memang sering berduaan dan kadang kelewatan dengan pacarnya. Saat itu  yang Iyan rasakan hanyalah rasa malu,malu kepada Allah, malu karena kata-kata Ima yang  merasuk dalam hatinya, dan malu karena hampir setiap malam dia bersedih karena Natalioe dan sama sekali tidak sedih akan dosa-dosa yang selama ini dia lakukan.
“Pacaran ya biar kita bisa lebih mengenal satu sama lain dx..?” jawab Iyan sekenanya,
“Apakah saling mengenal harus dengan pacaran..?? apakah setelah saling mengenal Allah akan langsung menjodohkan..?? Apa Allah suka dengan cara berkenalan yang seperti itu..??”
“Jujur dx, aku enggak tau, selama ini aku terlalu dibutakan oleh kesenangan dunia. Apa Allah masih sayang sama orang yang kayak aku ya dx..??”
“Insya Allah kak, Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya. Allah Maha adil kok kak. Kalau Allah gak sayang, gak mungkin Allah ngasih cobaan ke kakak. Ya mungkin masalah kakak ini bagi kak Iyan emang berat, karena Ima dulu juga pernah rasain, tapi Allah tau kak, kalau kakak bisa menghadapi semua ini. Inget kak, Allah gak akan ngasih cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.”
“Thanks ya dx atas nasehatnya, Thanks udah ngingetin aku kalau aku masih hidup,”
“Iya kak, sama-sama, yang penting kak Iyan harus tetep semangat ya..,”
“Siap, Insya Allah aku akan tetap semangat dx, Eh, udah malem nich, aku istirahat dulu ya dx..,”
            “Iya kak, jangan lupa baca doa ya kak, biar tidurnya kak Iya bisa tenang.”
“Sipppp, makasih ya dx,”
            “Sama-sama kak, semangat..!!”
“Astaghfirullah, ternyata selama ini aku terlena, aku terlalu mencintai Natalie ya Allah hingga aku melupakan segalanya” bisik Iyan dalam hati. Iyan hanya tertunduk mencerna kata-kata yang ada dalam BBM nya itu, dan setelah merasa tenang ahirnya Iyan pun bisa tidur.

                                                                                                                             -----=====-----

            Pagi itu seperti biasanya, Iyan berangkat ke kantor dan pagi nya menyendiri di Masjid yang ada di kantor nya untuk beberapa waktu agar hatinya bisa tenang dan sejenak melupakan masalah asmaranya. Ketika keluar dari masjid kantornya hatinya sudah agak tenang. Kembalilah Iyan ke meja kerjanya. Namun hatinya kembali hancur saat Iyan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Disana dia melihat Natalie telah bersama dengan salah satu seniornya. “Ah, mungkin mereka hanya berteman” pikirnya dalam hati waktu pertama kali melihat hal tersebut. Namun setiap kali Iyan pergi ke dapur, disana pula dia mendapati Seniornya sedang sibuk dan asyik merayu Natalie. Ketika dia menyelidiki kebenaranya, ternyata memang benar, mereka jadian. Masih ragu dengan hal itu, Iyan menanyakan hal tersebut kepada Ani, salah satu sahabat Natalie yang juga baru beberapa hari bekerja di Kantornya.
“ Dx, aku boleh tanya sesuatu enggak..??
            “Boleh” jawab Ani
“Tapi janji ya jangan bilang siapa-siapa..??”
            “Iya janji..”
“Emang Natalie dengan kak Dwi udah jadian ya..??”
Ani hanya terdiam
“Plis dx jawab..” pinta Iyan dengan nada memohon
            “kakak tanya sama yang lain aja, kalau yang lain jawab mereka jadian, ya mereka jadian.”
“Plis jawab dx, seenggaknya sekarang aku udah gak mengharap lagi dx..”
            “ih, kakak bodoh sekali dech jadi cowok”
Ahirnya tanpa jawaban Ani pun meninggalkan Iyan dan berlalu mengerjakan tugasnya. Maka sekali lagi perasaan nya hancur. Dihantamkanya tangannya yang memang sudah lemah ke tiang penyangga yang ada dibelakang kantor nya. Perasaanya hancur. Sekali lagi hatinya patah. Jiwanya seakan terkoyak. Ingin rasanya dia berlari, tapi dia tak ingin terlalu menampakkan kesedihanya. Sejenak dia terdiam menenangkan diri. Hanya kesepian dan kesunyian siang yang menemani. Sejenak Iyan teringat kata-kata Ima pada malam sebelumnya. Ahirnya Iyan pun memutuskan untuk menelpon Ima.
“Halo Assalamualaikum..”
            “Walaikumsalam”
“Baru bangun tidur ya dx..”
            “Iya kak, hehehe..”
“Sorry ya dx kalau aku ganggu..”
            “Hehehe, iya, gak papa kok kak. Kak Iyan nangis ya..?? ada apa kak..??”
“Gak ada apa-apa kok dx, siapa yang nangis, aku baik-baik aja kok..”
“Kalau kakak ada masalah, kakak cerita aja, luapin semuanya kak, jangan disimpen di hati aja, kakak luapin terus kakak bangkit lagi, jangan mau terpuruk sama keadaan kak..”
“Menurut adx gimana sich kalau ada cowok yang nangis..?? cowok itu kelihatan lemah ya..??”
            “Kalau menurut Ima yaw ajar aja sich kak, gak ada yang salah kok, karakter orang kan emang beda-beda kak, Jiwa orang pun juga gak ada yang sama, ya mungkin karena perasaan kak Iyan itu halus, makanya kakak bisa nangis gitu..”
“Selain wajar, gak ada indikasi yang nunjukin kalau cowok itu lemah..??”
            “Menurut Ima gak juga sich, asal gak berlebihan kak. Itu namanya meluapkan perasaan kak, mungkin dengan cara itu bisa merasa tenang dengan segala permasalahan yang dihadapi. Menurut Ima sich gitu. Coba dech kakak cari buku yang judulnya “personality plus” warnanya kuning, Insya Allah bisa bantu.”
“Meskipun nangisnya itu karena cewek..??”
            “Ya karena apapun kak, luapin aja kak, gak papa kok..”
“ya masih gak nyangka aja sich dx, orang yang selama ini sama-sama ma aku, orang yang selama ini kelauar bareng, pergi bareng, ngapa-ngapain sama-sama, kenapa harus orang itu juga yang ngelakuin ini sama aku. Sekarang mungkin aku agak sedikit faham kok dx apa alasanya diputusin. Ya Cuma masih gak nyangka aja mereka bisa nusuk aku dari belakang kayak gini. Salah apa sich aku sama mereka sampek mereka tega kayak gini sama aku..??”
“sabar ya kak.., keluarkan semua tangisanmu kak, tapi inget Allah juga, sembari mengevaluasi diri.”
“Caranya gimana dx..?? Aku dosa gak sich dx, menangisi sesuatu yang semu..??”
“Mungkin dari tangisan kakak, bisa membantu kakak merubah apa yang  buruk menjadi lebih baik, kalau masalah dosa ya Wallahu a’lam kak”
“Bahkan aku jarang banget nangis karena Allah dx..”
            “Tapi Allah tetep faham keadaan hamba-Nya kok kak..”
“Kalau Allah faham hamba-Nya kenapa Allah belum ngobatin rasa sakit yang ada di hatiku ya dx..?? Sumpah dx, rasanya perih banget..”
“Ckckck.., Kak Iyan gak boleh gitu, Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya lho kak”
“Astaghfirullah, kenapa aku ngomongnya kayak gitu ya dx, kayaknya sekarang aku udah bener-bener buta dx..”
“Nah, itulah posisi galau ahir zaman sekarang kak. Gak cowok, gak cewek, kalau udah di kasih kejadian kayak gitu nyalahin Allah, padahal Allah baru kasih ujian kecil. Giliran butuh, minta rezeki sama siapa lagi kalau bukan sama yang Sang Maha Pemberi Rezeki..??”
“hemm, gitu ya..,
“Iya kak..”
Alhamdulillah udah agak tenang dx, thanks banget ya..”
            “Sama-sama kak..”
“Terus gimana ya caranya ngelupain mantan dx..??”
            “Kenapa musti di lupakan kak..??”
“Kalau udah kayak gini, kenapa gak harus dilupakan dx..??”
            “sebelumnya boleh gak Ima Tanya sama kakak..??”
“Boleh..”
            “Kakak nyesel gak pacaran sama dia..??”

“Gak juga sich, karena aku emang sayang sama dia..”
            ”Selama pacaran, ada gak perubahan positif yang ada pada diri kakak..??
“Kayaknya sich ada, banyak..”
“Nah itu dia kak, kalau bisa mantan kakak itu jangan kakak lupain, karena sedikit banyak nya dia udah kasih pengaruh positif ke kakak, cukup ambil yang baik dan buang yang buruk. Jadikan itu semua sebagai pelajaran kak, jadi gak perlu dilupain.”
“Ya Insya Allah aku coba dx..”
            “Iya kak, semangat ya kak, eh Ima belum shalat nich, Ima mau shalat dulu ya kak”
“Iya dx, thanks banget ya, sorry udah ganngu tidur siang adx..”
“gak papa kok kak, Ima juga seneng bisa bantu. Ima mau shalat dulu ya kak,  Assalamualaikum..”
“Walaikumsalam..”
Tuuut..tuut..tuut.., telpon pun dimatikan. Sejenak Iyan menghela nafas. Sekali lagi dia mendapatkan setitik cahaya baru untuk melanjutkan hidup. Ahirnya dia pun kembali ke meja kerjanya dengan kondisi hati yang masih acak-acakan.

                                                                                      -----=====-----

            Yang paling tidak bisa Iyan lupakan adalah selama ini Iyan sudah sangat dekat dengan keluarga Natalie. Beberapa hari yang lalu pun dia juga mendapat SMS dari kakak nya Natalie yang mengundangnya untuk sekedar main ke rumahnya. Berat rasanya mau main kerumah Natalie karena pasti akan teringat semua kenangan yang telah lalu saat mereka masih bersama. Demi menghormati keluarga nya ahirnya Iyan memutuskan untuk pergi kesana. Sebelum pergi kerumah Natalie, Iyan pun mengirim pesan singkat ke Natalie.
“Dex Natalie, kemaren aku disuruh mbak leni maen kesana, ntar malem aku maen ke rumah ya?”
“Aduh sorry kak, besok malam aja ya ke rumahku”.
“Emangnya ada apa”

“Gak papa, besok aja..”
“Owh, malam ini mau keluar sama kak Dwi ya..??
Sesak nafas Iyan setelah tahu bahwa Natalie ada janji dengan kak Dwi, seniornya. Kebiasaan janjian mereka dulu sebelum Iyan pergi keluar kota, pasti Iyan ngajak Natalie jalan atau hanya sekedar main ke rumahnya. Kini kebiasaan itu digantikan oleh orang lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah seniornya sendiri yang selama ini selalu bersamanya. Tapi ya sudahlah, toh semua ini sudah terjadi.
Malam itu mati lampu, Iyan pun bingung gak tw mau ngapain di rumah. Ahirnya dia main ke rumah salah satu tetangganya, ke rumah Ibu Wahyu.
“Mati lampu nich bu..” kata Iyan membuka pembicaraan
“Iya, tapi biasanya enggak lama kok mati nya, mungkin Cuma setengah jam atau satu jam.”
            “Kok kamu sekarang jadi sering murung Yan..??” tanya Bu Wahyu memecah keheningan malam itu. Waktu itu waktu masih menunjukan jan 19.35 WITA.
“Eh, enggak ah bu, saya biasa aja kok. Perasaan tiap hari dari dulu saya kayak gini aja bu”.
“Enggak ah, sekarang kamu agak beda, kamu lebih sering murung, lebih sering menyendiri, apa lagi ada masalah ya..??’
“Enggak kok bu, saya gak ada masalah apa-apa” Iyan mencoba menutupi perasaanya.
“Ya kalau ada masalah kamu cerita saja sama saya, gak papa kok, katanya kamu udah anggap saya kayak ibu kamu sendiri..”
“Iya sich, saya udah anggap ibu sebagai ibu saya sendiri disini. “
            “Ya kamu cerita aja, gak papa kok, lagian siapa tau saya bisa bantu.
“Iya Bu..” Iyan pun masih terdiam.
            “Gimana kabar Natalie..?? Baik-baik aja khan..??” Ibu wahyu kembali memecah kesunyian.
“Alhamdulillah baik kok bu..”
            “Kok ahir-ahir ini saya jarang lihat kamu sama dia…??” lagi ada masalah..??”
“enggak ada masalah apa-apa kok bu” Iyan masih menutup-nutupi.
            “Kalau emang gak ada masalah, kenapa saya lihat diem-dieman, biasanya kamu yang antar jemput dia kalau ke kantor, tapi kok sekarang dia pulangnya sendiri terus..??”
“Kita udah putus kok Bu..” Ahirnya dengan berat hati Iyan pun bicara yang sesungguhnya..
            “Haaa..?? Kok bisa…?” Ibu Wahyu kurang percaya, “Kapan” Tanya nya lagi
“Udah seminggu lebih bu, hari sabtu kemaren.”
            “Kenapa bisa Yan..??”
Ahirnya Iyan pun menceritakan segala nya, segala yang menjadi kegundahanya selama seminggu ini. “Ya katanya karena saya sering marah-marah bu.”
            “Kenapa kamu sering marah-marah..??”
“Justru disitu saya bingung Bu, kayaknya saya gak pernah marahin dia dech..”
            “Kamu masih sayang sama dia..??”
“Ya kalau boleh jujur ya masih Bu, ya orang udah lama jalan bareng, makan bareng, ke kantor bareng, belanja kadang-kadang juga bareng, saya sering ke rumahnya, sering makan disana, kadang juga tidur disana, ya gak mungkin bisa ngelupain dia dalam jangka waktu yang cepat bu, apalagi ini baru seminggu.”
            “Kenapa gak balikan lagi aja sama dia”
Mendengar hal itu air mata Iyan pun keluar lagi. Tak mampu dia menjelaskan. Tapi ahirnya dia bicara apa adanya.
“Dia udah punya pacar lagi bu..”
            “Haaa…?? Siapa..??”
“Orang satu kantor juga kok bu..”
            “Ya siapa..??”
“Pegawai Juga kok”
            “Pegawai..?? “
“Iya bu, kak Dwi..”
            “Kok bisa..?? bukanya kalian akrab banget..??”
“Ya emang akrab Bu, tapi ya hati orang siapa yang tau sich bu..”
            “Kamu tau darimana mereka udah jadian..??”
“Tau langsung aja bu…”
“Ya kamu sabar aja ya Yan, jangan terlalu di ambil hati, kalau kamu nangis gini, saya juga ikutan sedih..”
“Iya sich bu, sebenernya saya juga gak mau sedih kayak gini, saya terlalu sayang bu sama dia. Jujur Bu, saya belum bisa ngelupain dia, tapi yang saya gak habis pikir, kenapa harus Dia yang jadi pengganti saya. Kalau dia punya pacar orang luar mungkin rasanya gak sesakit ini Bu, tapi Ibu wahyu bayangin aja, Orang yang selama ini sudah saya percaya, orang yang selama ini saya anggep kakak, orang yang selama ini sering bareng sama saya, keluar bareng, bercanda bareng, usil bareng, kenapa harus dia sich bu yang nusuk saya dari belakang..?? sakit bu, sakit.., gak nyangka aja jadi kayak gini, rasanya jadi kayak di hianati bu, kayak di tikam dari belakang. Ya saya mikirnya orang jadian kan gak mungkin orang itu langsung jadian, pasti ada masa PDKT dulu kan bu, dan itu gak mungkin dalam waktu satu minggu, tapi nyatanya cuma dalam waktu satu minggu ini mereka udah…………....” tak sanggup Iyan meneruskan ceritanya, dia hanya menunduk menahan tangis nya yang terisak.
”Lagian kok Natalie nya mau sich, bukanya kalian juga sering pergi sama-sama, pergi bareng-bareng, Kamu, Natalie, Dwi, Bowo, Putra, Izal, Ani, tapi kok bisa Natalie terima gitu aja, apa dia gak mikirin perasaan kamu..?”
“Ya gak tau lah bu, mau gimana lagi, kenyataanya udah kayak gini, ya saya Cuma bisa do’ain aja semoga mereka bahagia, semoga aja itu pilihan yang tepat buat dia.”
            “Ya iya, tapi kenapa harus dia..?? kenapa harus orang sekator juga sama kita ya..??”
“Ya gak tau juga bu.., ya mungkin mereka udah jalan lama di belakang saya..”
“Luapin aja nangis nya, puas-puasin, supaya kamu bisa lega. Jangan di tahan-tahan lagi, saya tahu kok kalau itu pasti sakit banget..”
“Iya Bu, sumpah sakit banget, apalagi waktu saya ke dapur dan ngeliat mereka bercanda bareng, duduk bareng, mereka ketawa-ketawa, sumpah Bu, sakit banget rasanya, ya cuma ngerasa kalau gak di anggep aja, tapi saya gak bisa apa-apa bu” hikz..hikz.., tangisnya masih terisak.
“Ya yang sabar aja ya, saya gak tau harus salahkan siapa, si Dwi atau Natalie, Emang si Dwi gak mikir kalau kamu putus sama dia baru seminggu? Apa dia gak bisa nunggu? Apa dia gak ngerti perasaan kamu..?? Si Natalie juga kenapa kayak gitu ya..?? apa dia juga gak mikir kalau kamu sama Dwi tu temenan akrab? Tapi yang saya gak habis pikir, kok bisa ya Natalie terima si Dwi, perasaan dia dimana ya..?”
“Disini gak ada yang salah kok Bu, mereka gak salah dan gak ada yang perlu disalahkan. Mungkin karena saya nya yang telalu bodoh, saya nya aja Bu yang gak tau diri, seharusnya dari dulu saya sadar kalau saya emang gak pantes buat Natalie, Ya semoga ini pilihan yang terbaik buat dia Bu, dan saya doakan semoga aja mereka gak merasakan apa yang saat ini saya rasakan.”
“Ya sabar aja ya Yan, saya gak tau harus bicara apa, atau mungkin kamu mau saya jembatani biar kamu bisa bicara sama mereka, siapa tau itu cuma pelampiasan Natalie aja, siapa tau Natalie masih sayang  sama kamu dan kalian masih bisa kembali..”
“Gak usah bu, terima kasih, kayaknya mereka lebih baik bersama kok bu..”
“Ih, kenapa Natalie bisa seperti itu ya..? saya gak habis pikir, kenapa dia tega kayak gitu..”
“Ya saya juga gak tau bu, padahal dulu kita udah janji 3-4 tahun lagi kita mau nikah bu, padahal saya juga udah siap-siap Bu, udah mempersiapkan segala sesuatunya. Sebenernya saya pengen banget beli kamera, beli Samsung lagi karena Samsung saya kemaren hilang Bu, tapi niat saya untuk beli itu saya urungkan Bu, uangnya saya tabung, sebagian udah saya belikan emas Bu, biar nanti ada tabungan kalau waktunya udah tiba saya udah ada modal buat ngelamar. Tapi saya gak tau, kenapa harus berahir seperti ini Bu, kalau emang dia gak ada niatan untuk serius, kenapa dia gak Bilang dari awal, ya seenggaknya kan saya gak berharap banyak dan gak siap-siap kayak gini.
“Ih, saya gak habis pikir dech, padahal dia kelihatanya lugu, tapi kenapa bisa kayak gitu ya..? Saba aja ya Yan, saya dulu juga pernah alami kayak kamu sekarang ini sama suami saya. Insya Allah Tuhan ngasih jalan kok Yan.”
“Iya Bu, makasih ya Bu.”
            “Iya, sama-sama”
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 22.30 WITA. Tanpa sadar sudah hampir 4 jam Iyan curhat dan mengobrol dengan Ibu Wahyu. Perasaan lega sesaat menghinggapi hatinya. Dia senang karena masih ada orang yang peduli sama dia. Untuk sesaat Iyan bisa tenang dan bisa menikmati hidupnya meskipun sesaat. Dia bisa senang meskipun itu hanya dengan ketenangan sesaat yang di perolehnya. Sreekk..sreekk.., terdengar suara langkah kaki di luar. Terdengar suara batuk yang di buat-buat. Di lihat dari suaranya batuknya, orang yang di luar itu laki-laki. Iyan melihat keluar, ternyata benar saja, ada seorang laki-laki yang usaianya bisa di taksir sekitar 40-50 tahunan. Ternyata orang tersebut adalah saudara dari Ibu Wahyu. “Masuk pak..” saya mempersilahkan laki-laki itu masuk. Setelah beberapa saat mereka mengobrol ahirnya Iyan mohon pamit karena memang sudah malam.
            Malam itu setelah pulang dari rumahnya Ibu Wahyu yang memang bertetangga, Iyan menyempatkan diri untuk pergi sekedar melihat keadaan rumahnya Natalie. Pintu nya masih terbuka, Lampu nya masih meyala terang. “Tumben jam segini pada belum tidur” pikirnya. Ingin rasanya dia mampir, tapi udah membuat janji kalau besok dia baru mau main kerumahnya. Kemudian Iyan iseng SMS kakanya Natalie “tumben jam segini belum tidur mbak..” tak lama kemudian HP nya berdering “Iya nich lagi nonton, filem nya bagus.” Balas kakaknya.  “o iya Mbak, Natalie udah pulang belum ya mbak..??” Tanya Iyan yang sebenarnya masih khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Natalie. “Udah, ni barusan pulang”. “astaghfirullah, Jam 11 malem baru pulang mbak..??” namun SMS terahirnya tidak ada balasan. Mungkin memang kakanya sudah tidur.

                                                                                           -----=====-----

Hari yang ditunggu itupun datang, hari dimana Iyan mau pamitan sama keluarga Natalie, seakan-akan dia akan pergi jauh, bahkan kalau bisa, mungkin akan berharap pergi untuk selamanya. Ahirnya sore haripun tiba, ketika Iyan pulang dari kantor nya, Iyan hanya termenung. Tak seperti hari-hari biasanya,untuk pertama kalinya Iyan merasa grogi dan canggung. Untuk pertama kalinya Iyan berfikir apa yang harus dikatakan ketika disana. Sekian lama dia berfikir tapi tetap saja dia tidak tahu apa yang harus dia katakan ketika nanti dia di rumahnya Natalie. Untuk pertama kalinya pula dia mencoba merangkai kata, tapi tak satu kalimat pun dapat di rangkai. Ahirnya Iyan pun mandi, setelah itu dia mengganti pakaian. Untuk pertama kalinya juga Iyan memilih baju yang akan dia pakai, padahal selama ini dia tidak pernah memperhatikan penampilanya sama sekali. Paling kalau main kesana, Iyan hanya memakai Kaos hitam favoritnya aja. Ahirnya malam itu Iyan tampil seperti biasanya. Memakai kaos oblong dan jaket yang biasa di pakainya. Sebelum berangkat dia Shalat dulu, meminta kepada Allah untuk diberikan kekuatan dan ketabahan serta kesabaran.
Dengan mengendarai motor butut nya, Iyan pergi ke rumah Natalie. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai disana. Sesampainya disana, dia disambut oleh kakaknya Natalie, mbak Dian. Sejenak Iyan duduk di atas motornyauntuk sekedar menghela nafas agar dia bisa tenang. “Masuk Yan..” kata Mbak Dian kepada Iyan untuk mempersilahkan dia masuk. “Iya mbak..” jawab Iyan sambil berdiri dan berlalu dari motornya.
Masuklah Iyan ke rumah Natalie. Ketika masuk, semua kenangan pun terputar kembali dalam memory Iyan. Tempat dimana mereka sering ngobrol bersama, tempat mereka melepas canda, tertawa bersama, pelukan, dan ciuman, semua kenangan itu keluar begitu saja. Untuk sejenak Iyan menikmati kenangan tersebut. Kenangan yang terlalu Indah untuk dilupakan, namun terlalu sakit untuk dikenang. Untuk sejenak Iyan menikmatinya. Tanpa sadar Iyanpun larut dalam lamunanya itu.
“Kok diem Yan..??”
“Eh, enggak kok mbak..”
            “Kenapa sudah lama sekali gak main kesini..?? lagi sibuk kah..??”
“Enggak kok mbak, Cuma ada kerjaan sedikit..” Jawab Iyan menutupi alasan yang sebenarnya.
            “Qisya udah nanyain kamu terus lho Yan, dia panggil-panggil nama kamu terus..”
Qisya adalah anak tunggal dari mbak Dian.
“Qisya.., sini… ada gula-gula (permen)” Panggil Iyan sambil mengeluarkan sebungkus permen dari tasnya, memanggil Qisya yang sedang di gendong oleh Natalie.
            “Dia udah ngantuk kayaknya” jawab Natalie
            “Dia masih teller itu Yan, masih lemes..” Tambah mbak Dian
“Dia sakit ya mbak..??”
            “Iya, tadi Qisya emang agak gak  enak badan, bolak-balik ke toilet terus..”
Dan ahirnya Qisya pun tidur.
Lama kita mengobrol hanya sekedar basa basi. Bicara tentang kabar, kesibukan, dan kegiatan sehari-hari atau hal-hal yang terjadi selama Iyan enggak kesana. Iyan emang udah deket banget sama keluarga Natalie, dan nyambung aja ketika mereka ngobrol. Ketika Natalie pergi ke belakang, mbak Dian berbisik “kenapa bisa putus Yan..??” Iyan hanya bisa menjawab “enggak tau mbak, saya juga masih bingung, niat saya kesini juga mau nanyain mbak..” “Yang mana kah pacarnya Natalie yang sekarang..??” Yang datang kesini tadi malam mbak” jawab Iyan lagi” Tadi malam saya gak liat, soalnya saya kemaren lagi ada di belakang” “Ya besok mbak juga bakalan sering liat kok mbak, dia juga bakalan sering kesini kok.” “Itu teman sekantor
Waktu sudah menunjukan pukul 21.15 tapi Iyan belum juga mengeluarkan sepatah katapun akan maksudnya datang kesitu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar. Terdengar suara laki-laki yang berteriak-teriak tidah jelas. Memaki-maki dengan kata-kata khas Sulawesi. Ternyata hanya orang mabuk saja yang bertengkar di luar. Tapi suasana di luar makin ramai, orang-orang di rumah Natalie pun asyik menonton suasana di luar melalui pintu depan rumahnya. Begitu juga Iyan yang gak bisa apa-apa kecuali ikut menonton. Ahirnya Iyan kembali dudulk di sofa yang berada di rumahnya Natalie.
Terlihat Natalie duduk di kursidi depan nya. Tak kuasa Iyan melihatnya, karena ketika melihatnya, hatinya seperti tersayat. ahirnya dia melihat nya dan bertanya “sejak kapan jadian sama Kak Dwi..??” Tanya Iyan. “Hari sabtu lalu, malam minggu waktu pulang dari pantai itu.” Jawab Natalie singkat. “Kalau boleh Tanya, emang alasan kamu mutusin aku Cuma itu aja ya..??” Tanya Iyan lagi, Natalie hanya mengangguk saja sambil melanjutkan SMS nya dengan Kak Dwi.
Waktu terus berlalu, hingga ahirnya waktu menunjukan pukul 22.10 WITA. Ahirnya kegaduhan di luarpun sudah mulai tenang setelah polisi datang. Kini tibalah saatnya Iyan ngobrol dengan ibunya Natalie. Ya, mereka hanya ngobrol berdua. Natalie mungkin sudah tidur, mabk Diyan juga sudah terlihat mengantuk dari tadi.
“Udah ngantuk belum bu..??” Tanya Iyan.
            “Belum, masih sore ini” kata ibunya.  “Kenapa kamu dengan Natalie..??” imbuh ibunya.
“Gak tau bu, sebenarnya saya juga masih bingung, saya kesini niatnya juga mau mastiin sesuatu ke dia bu..”
“itu dia, saya pikir kenapa kamu jarang sekali datang ke rumah, padahal biasanya hampir setiap malam kamu datang ke rumah. Sejak kapan putusnya..??”
“Hari Sabtu minggu lalu bu, waktu habis pulang dari kantor pajak”
“Sebenarnya Ibu bingung aja, biasanya setiap hari pagi-pagi kamu udah datang kesini jemput Natalie ke kantor, kok sekarang kamu gak pernah datang.  Saya tanya ke Natalie tapi katanya kamu ada dirumah. Natalie baru bilang kemaren kalau kalian sudah putus. Sebenarnya apa masalahnya Yan..??”
“Saya juga kurang tau bu, katanya sich saya sering marah-marah, tapi kayaknya saya gak pernah marah-marah ke dia kok bu, kalau jengkel mungkin iya. Itupun karena saya udah 2 minggu di diemin saya dia bu. Tapi sekarang mungkin saya udah tau alasanya kok bu, ya saya Cuma bisa mendoakan semoga dia bisa bahagia sama pacarnya yang sekarang. Semoga aja dia gak salah pilih bu..”
“Makanya saya bingung, kenapa tadi malam bukan Iyan yang jemput Natalie, kan biasanya Iyan yang sering ajak dia keluar. Kalau Iyan yang ngajak kan langsung ibu izinin, karena sudah jelas siapa yang ngajak. Tapi tadi malam saya bingung, kenapa bukan kamu yang jemput dia. Terus pacarnya yang datang tadi malam itu ya..??
“Iya bu, yang datang kesini tadi malem.
            “Dia anak mana mana..??” tanya ibunya penasaran.
“Orang satu kantor Juga kok bu”
            “Bisanya itu, kenapa bisa ganti pacar yang satu kantor juga..??
“Kalau masalah itu saya kurang tau bu.., tapi yang jelas kenyataanya begitu. Juju raja bu, saya masih nggak nyangka aja mereka bisa kayak gitu bu.”
            “ Iya, ibu tahu perasaanmu kalau lihat mereka, pasti sakit sekali tho, lihat orang yang kita sayangi pacaran dengan teman sendiri di depan kita. Apalagi setiap hari kalian masih bertemu. Ya Ibu minta maaf aja kalau Natalie seperti itu” kata Ibunya Natalie.
“Enggak apa-apa kok bu, saya udah maafkan dan sudah saya ikhlaska. Cuma masih belum percaya aja bu, orang yang selama ini udah saya anggap sebagai kakak yang kemana-mana selalu bersama, keluar bersama, jahil bersama, ngejain orang bersama, dia bisa seperti itu bu. O iya, terima kasih ya bu selama ini udah mau nerima saya di keluarga ini. Terima kasih ya udah anggap saya sebagai anak ibu. Saya minta maaf ya bu kalau selama ini saya ada salah.”
            “Eh, minta maafnya sama Natalie tho, kamu kan yang ada masalah sama dia..”
“Ya kalau sama dia sich saya udah minta maaf bu, siapa tau selama ini selama saya ada disini saya ada salah sama ibu..”
“Iya, ibu maafin , kamu gak ada salah kok.., Memang masalah kalian udah gak bisa di bicarakan baik-baik ya..?? kamu nggak coba ngomong sama Natalie..??”
“Ya sekarang kayaknya udah nggak ada lagi yang mau di bicarakan bu, Natalie kan udah ada yang lain. Natalie kan udah punya pacar baru, jadi kalau saya bicara sama dia, nanti takutnya itu nantinya malah bisa ngerusak hubungan mereka bu. Saya udah ikhlas kok bu, saya doakan semoga mereka berdua bisa bahagia. Cukup saya aja yang ngerasain ini.” Kata Iyan sambil menahan air matanya, dia nggak mau ibu tau kesedihanya.
            “Sabar ya Yan, masih banyak kok gadis yang lain..”
“Iya bu, tapi gak ada yang kayak Natalie bu..” Iyan menghela Nafas sejenak, menahan kepedihanya, “Padahal dulu kami udah janji, 3 atau 4 tahun lagi kita mau menikah bu, saya juga udah mulai nyiapin semuanya, tapi saya gak tau kenapa ahirnya harus seperti ini.” Lagi-lagi air matanya menetes.
               Ibu nya Natalie hanya terdiam. “Sabar ya Yan, Saya gak nyangka Natalie bisa seperti itu. Ibu juga tau bagaimana perasaanmu, tapi ibu juga gak bisa apa-apa. Ibu serba salah disini. Ibu mau ngomong sama dia, ibu takut kalau dia kecewa terus marah sama ibu, Ibu gak ngomong sama dia, dia udah nyakitin kamu, dia juga anak ibu, Ibu juga jadi serba salah Yan..” kata Ibu Natalie sambil mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya. Nampak kesedihan dalam raut wajahnya, namun kesedihan itu dia tutupi dengan tersenyum. Ya, senyum kesedihan kurasa.
“Ibu nggak perlu bicara apa-apa kok bu sama dia. Nanti takutnya dia ngira kalau saya ngadu ke ibu tentang masalah ini. Semuanya udah cukup jelas kok bu sekarang. Apa alasanya, kayaknya sekarang saya juga udah mulai mengerti. Terima kasih ya bu selama ini sudah menerima saya selama ini.”
Keduanya hanya termenung, terdiam seribu bahasa.
“Tapi kamu masih mau main kesini kan..??” tanya ibunya “Nanti mentang-mentang kamu marah sama Natalie kamu udah nggak mau kesini lagi. Ibu sayang sama kamu Yan, kalau ada waktu kamu main kesini ya..?? Pinta Ibu Natalie.
“Ya Insya Allah bu, tapi mungkin nggak bisa sering-sering lagi kayak dulu, soalnya gak enak sama Natalie dan pacarnya Bu..”
“Eh, nggak apa-apa tho, kamu kan kesini tujuanya bukan untuk ketemu dia. Kamu sudah saya anggap anak saya sendiri. Saya sebenarnya juga tidak setuju dengan sikap Natalie yang seperti itu, kalau ada masalah kan bisa dibicarakan baik-baik tho, jangan laju mutusin hubungan seperti ini..”
“Ya nggak apa-apa kok bu, itu kan sudah keputusan Natalie, ya semoga aja ini yang terbaik buat kita semua bu, mungkin Natalie juga lebih baik sama dia kok. Seharusnya ibu mendukung hubungan mereka, ibu kan selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.”
            “Tapi ya tidak seperti ini caranya tho..” jawab Ibu nya Natalie.
“Ibu jangan marah ya sama Natalie bu, jangan karena ada orang luar seperti saya, nanti keluarga ibu jadi retak.”
“Ibu tidak marah sama dia, ibu cuma agak kecewa aja Yan.., Ibu serba salah, Ibu mau bicara sama dia takutnya dia kecewa terus marah sama ibu, ibu tidak bicara sama dia, dia sudah seperti itu ke kamu, saya bingung juga..”
“Kan tadi sudah saya bilang bu, ibu nggak perlu bicara apa-apa kok ke dia. Ya ibu juga doakan aja, semoga ini yang terbaik buat mereka. O iya bu, saya titip sesuatu ya buat Natalie..” kata iyan sambil mengambil plastik yang berisi foto-fotonya bersama Natalie yang selama ini menghiasi kamarnya.
“Eh, kok saya yang kasih..?? harusnya kamu sendiri tho yang kasih ke Natalie, masa’ kamu kasih ke Ibu..??”
“Ibu aja yang kasih ya bu, soalnya saya nggak tau lagi kapan saya bisa kesini..”
“katanya tadi kamu sudah janji kalau ada waktu kamu mau kesini, katanya seminggu sekali mau kesini..??”
“Ya gak papa bu.., nanti takutnya kalau saya yang kasih sendiri ntar di kira saya masih mengharapkan dia bu.., Jujur bu, meskipun sampai sekarang saya masih sayang sama dia, tapi saya sudah ikhlas kok bu dia sama yang lain. Ya Insya Allah saya akan sering main kesini, asal itu tidak mengganggu Ibu dan keluarga disini.”
“Ya tidak tho, masa’ ganggu, Itu Qisya yang selalu panggil-panggil kamu, mana Iyan, mana Iyan terus katanya, dia panggil-panggil kamu terus..,”
“Iya bu, Insya Allah saya main lagi kesini..”
Keduanya kembali terdiam dalam kegelapan malam, karena memang saat itu disana memang sedang mati lampu. Tidak beberapa lama kemudian lampu pun menyala. Tak lama kemudian Iyan melihat Jam yang ada pada dinding rumah Natalie, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 11.45 WITA. Ahirnya Iyan pun berpamitan pulang dari Rumah Natalie.

“Bu, Udah hampir jam 12 malam nich, saya pamit dulu ya bu..??”
            “Iya, terima kasih ya sudah main kesini..”
“Iya bu..”
Ahirnya Iyan bersalaman dengan ibu Natalie, di ciumnya tangan wanita itu. Rasanya damai, ikhlas, sama seperti Iyan saat bersalaman dengan ibunya sendiri. Ditatapnya mata Ibunya Natalie, tatapanya dalam, terbesit kesedihan di matanya. Ada hal yang ditahan dalam pandanganya. Pandangan mata Iyan pun tak bisa lepas dari pandanganya. Mata mereka bertemu, mengisyaratkan sesuatu yang entah apa artinya. Ingin rasanya Iyan memeluknya, sama seperti ketika Iyan memeluk ibunya, tapi rasanya itu tidak mungkin. Iyam mencoba untuk tegar agar ibunya juga tidak sedih. Setelah salaman tanganya pun tidak dilepaskanya. Tangan Iyan dan tangan Ibunya Natalie tetap terkait layaknya orang yang bersalaman sampai Iyan berada di depan pintu. Tangan Iyan pun tetap di pegangnya sampai Iyan keluar pintu rumah. Diremasnya tangan Iyan seakan Ibu tak ingin membiarkan Iyan pergi. Ada perasaan yang aneh saat Iyan juga membalas remasan tangan ibu tersebut. Dirasakanya sebuah kasih sayang, sebuah cinta yang tulus, cinta seorang ibu.

                                                                                         -----=====-----

Bersambung...